JAKARTA - Tim Nasional Palestina telah tiba di Indonesia. Mereka mendarat di Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta Soetta, Tangerang, Banten, pada Sabtu 10/6/2023 malam WIB. Duta Besar Palestina untuk Republik Indonesia Zuhair Al-Shun hadir bersama keluarganya untuk menyambut Tim Singa dari Kanaan mengapresiasi Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan pertandingan persahabatan. Bahkan, Indonesia menjadi negara yang istimewa bagi Palestina. "Saya apresiasi Ketua PSSI, yang sudah banyak membantu. Erick Thohir adalah sahabat Palestina sesungguhnya," kata Al-Shun, dikutip dari laman resmi PSSI, Ahad 11/6/2023. Timnas Palestina ini disambut para pendukungnya di Terminal 3 Bandara Soetta, sebelum kemudian diterbangkan ke Surabaya, Jawa Timur, pada Ahad 11/6/2023 pagi WIB, untuk bersiap menghadapi laga uji coba melawan Indonesia dalam FIFA matchday pada Rabu 14/6/2023. Selain Al-Shun, ratusan pendukungnya dari Aqsa Working Group AWG juga hadir untuk menyambut kedatangan Al Fida'i, julukan lain dari timnas Palestina. Ataa Jaber dkk kemudian akan bersiap melawan Indonesia yang akan digelar di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Atas kedatangan mereka ke Indonesia, Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengucapkan selamat datang. Erick menandai laga Indonesia vs Palestina ini sebagai pertandingan yang sarat nilai. Salah satunya adalah nilai persaudaraan antara kedua negara yang akan semakin erat melalui olahraga. PSSI juga menegaskan, sebanyak 10 persen dari hasil penjualan tiket laga tersebut akan disumbangkan untuk perjuangan bangsa Palestina. Bagi squad Garuda, laga melawan Palestina ini sarat nilai nasionalisme karena menjadi salah satu harapan menambah poin. Khusus untuk squad Garuda yang akan tampil dalam laga melawan Palestina, Erick mengapresiasi komitmen para pemain yang sudah bergabung dengan timnas. "Karena ini pertandingan melawan Palestina adalah kepentingan nasional. Dan ini salah satu dari dua pertandingan besar yang akan digelar pada Juni 2023. Merah Putih lebih tinggi di atas segalanya. Ingat, ranking Palestina di dunia lebih tinggi dari kita. Tetapi, meski kalah ranking, Garuda Indonesia pasti bisa optimal," kata Erick. Timnas Palestina yang diasuh oleh pelatih kepala asal Tunisia, Makram Daboub ini kini bertengger di peringkat 93 dunia. Sementara itu, timnas Indonesia berada di peringkat 149 FIFA.
Bab: Sabda nabi shallallahu 'alai wa sallam; 'Di antara kalian akulah yang paling mengerti tentang Allah' Nomor : 19. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدَةُ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ - Dalam surat al-Baqarah ayat 62, Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang SHabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian serta beramal saleh, maka untuk mereka pahala mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran menimpa mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.” baca teks asliAda beberapa ayat yang mengecam, bahkan mengancam, orang-orang Yahudi yang durhaka. Tentu saja ancaman dapat menimbulkan rasa takut. Melalui ayat ini, ayat 62 dalam Surat al-Baqrah, Allah tidak hanya mengancam namun juga memberi jalan keluar sekaligus ketenangan kepada mereka yang bermaksud memperbaiki diri. Ini sejalan dengan kemurahan Allah yang selalu membuka pintu bagi hamba-hamba-Nya yang insaf. Kepada mereka disampaikan bahwa jalan bagi mereka juga umat lain untuk meraih rida Allah tidak lain kecuali iman kepada Allah dan hari Kemudahan serta beramal saleh. Karena itu, ditegaskannya bahwa Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yakni yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad SAW., orang-orang Yahudi yang mengaku beriman kepada Nabi Musa AS., dan orang-orang Nasrani yang mengaku beriman kepada Isa AS., dan orang-orang Shabi’in, kaum musyrik atau penganut agama dan kepercayaan lain, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, sebagaimana dan sesuai dengan segala unsur keimanan yang diajarkan Allah melalui para nabi. Serta beramal saleh, yakni yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai yang ditetapkan Allah. Maka untuk mereka pahala amal-amal saleh yang tercurah di dunia ini dan tersimpan hingga di akhirat nanti di sisi Tuhan Pemelihara dan Pembimbing mereka. Serta atas kemurahan-Nya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka menyangkut sesuatu apa pun yang akan datang, dan tidak pula mereka bersedih hati menyangkut sesuatu yang telah terjadi. Kecaman dan siksaan yang diuraikan ayat-ayat al-Baqarah sebelumnya boleh diduga sementara orang tertuju kepada semua Bani Isra’il. Memang, banyak orang yang menduga bahwa kedurhakaan orang-orang Yahudi mencakup semua dari mereka, padahal tidak demikian. Untuk menampik dugaan keliru itu, ayat ini memulai informasinya dengan kata inna atau sesungguhnya. “Sementara sahabat-sahabat saya heran ketika saya sampaikan bahwa pada saat berada di Roma saya berkunjung ke kuburan Petrus untuk memperoleh berkatnya karena beliau adalah salah seorang hawariyyin sahabat Nabi Isa AS. yang setia,” demikian tulis Ibn Asyur ketika menafsirkan ayat 62 ini. Yang dimaksud dengan kata hadu adalah orang-orang Yahudi atau yang beragama Yahudi. Mereka dalam bahasa Arab disebut yahud. Sementara ulama berpendapat bahwa kata ini terambil dari bahasa Ibrani, yahudz. Dalam bahasa Arab, kata ini ditulis hanya dengan sedikit sekali perbedaannya yaitu meletakan "titik" di atas huruf dal. Perlu diingat, peletakan "titik" dan abris pada aksara Arab dikenal jauh setelah turunnya Al-Qur’an. Di sisi lain, bahasa Arab sering kali mengubah pengucapan satu kata asing yang diserapnya. Hal itu pun berlaku di sini. Penanaman tersebut, menurut Thahir Ibn Asyur, baru dikenal setelah kematian Nabi Sulaiman AS, diperkirakan sekitar 975 SM. Ada juga yang memahami kata tersebut berasal dari bahasa Arab, yang berarti "kembali" yakni bertaubat. Mereka dinamai demikian karena mereka bertaubat dari penyembahan anak mengamati bahwa Al-Qur’an tidak menggunakan kata yahud kecuali dalam konteks kecaman. Agaknya, itulah sebabnya, di sini baca ayat 62 tidak digunakan kata tersebut tetapi digunakan kata hadu. Thahir Ibn Asyur berpendapat lain. Menurutnya, kerajaan Bani Isra’il terbagi dua setelah kematian Nabi Sulaiman AS. Yang pertama adalah kerajaan putra Nabi Sulaiman bernama Rahbi’am dengan ibu kotanya Yerusalem. Kerajaan ini tidak diikuti kecuali oleh cucu Yahudza dan cucu Benyamin. Sedang kerajaan kedua dipimpin oleh Yurbi’am putra Banath, salah seorang anak buah Nabi Sulaiman yang gagah berani, dan diserahi beliau Nabi Sulaiman kekuasaan yang berpusat di Samirah. Ia digelar dengan raja Isra’il. Tetapi, masyarakatnya sangat bejat dan mengaburkan ajaran agama. Mereka menyembah berhala dan kekuasaan mereka diporakporandakan, bahkan mereka diperbudak, sehingga akhirnya kerajaan ini punah setelah 250 tahun. Sejak itu, tidak ada lagi kekuasaan dan kerajaan Bani Isra’il, kecuali kerajaan pertama di atas, dan ini bertahan sampai dihancurkan pada 120 SM oleh Adrian, salah seorang pengasa Imperium Romawi dan yang mengusir mereka sehingga terpencar ke mana-mana. Agaknya, tulis Ibnu Asyur lagi, mereka itulah yang dimaksud dengan hadu, dan karena itu ayat ini menggunakan kata tersebut, walau pada akhirnya kata ini mencakup semua yang beragama Yahudi. Kata an-nasahara sendiri terambil dari kata nashirah yaitu satu wilayah di Palestina, di mana Maryam, ibu Nabi Isa AS., dibesarkan. Dan, dari sana pula, dalam keadaan mengandung jabang bayi Isa AS., beliau pergi menuju ke Bait al-Maqdis. Tetapi sebelum tiba di tujuan, beliau sudah duluan melahirkan Isa AS., di Betlehem. Isa AS., kemudian digelari oleh Bani Isra’il dengan sebutan Yasu. Dari sinilah pengiut-pengikut beliau dinamai nashara yang merupakan bentuk jamak dari kata nashry atau nashiry. Kata ash-shabi’in ada yang berpendapat diambil dari kata shaba, yang berarti "muncul" dan "tampak", misalnya ketika melukiskan bintang yang muncul. Dari sinilah ada yang memahami istilah al-Qur’an tersebut sebagai atau dalam arti "penyembah bintang". Ada juga yang memahaminya diambil dari kata saba’, satu daerah di Yaman di mana pernah berkuasa Ratu Balqis dan penduduknya menyembah matahari dan bintang. Ada lagi yang berpendapat bahwa kata ini adalah kata lama dari Bahasa Arab yang digunakan oleh penduduk Mesopotamia di Irak. Persyaratan beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, seperti bunyi ayat di atas, bukan berarti hanya kedua rukun itu yang dituntut dari mereka. Tetapi keduanya adalah istilah yang biasa digunakan oleh al-Qur’an dan Sunnah untuk makna iman yang benar dan mencakup semua rukunnya. Memang akan sangat panjang bila semua objek keimanan disebut satu demi satu. Rasul SAW., dalam percakapan sehari-hari, sering hanya menyebut keimanan kepada Allah dan Hari Kemudian. Misalnya, sabda beliau “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hendaklah dia menghormati tamunya.” Di kali lain, beliau bersabda “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hendaklah mengucapkan kata-kata yang baik atau diam.....” Dan masih banyak yang serupa. Ada sementara orang yang perhatiannya tertuju kepada penciptaan toleransi antar-umat beragama yang berpendapat bahwa ayat ini dapat menjadi pijakan untuk menyatakan bahwa penganut agama-agama yang disebut oleh ayat ini, selama beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian, mereka semua akan memperoleh keselamatan dan tidak akan diiputi oleh rasa takut di akhirat kelak, tidak pula akan bersedih. Pendapat semacam ini nyaris menjadikan semua agama sama, padahal agama-agama itu pada hakikatnya berbeda-beda dalam akidah serta ibadat yang diajarkannya. Bagaimana mungkin Yahudi dan Nasrani dipersamakan, padahal keduanya saling mempersalahkan. Bagaimana mungkin yang ini dan itu dinyatakan tidak akan diliputi rasa takut atau sedih, sedang yang ini menurut itu dan atas nama Tuhan yang disembah adalah penghuni surga dan yang itu penghuni neraka? Yang ini tidak sedih dan takut, dan yang itu, bukan saja takut tetapi disiksa dengan aneka siksa. Bahwa surga dan neraka adalah hak prerogratif Allah memang harus diakui. Tetapi, hak tersebut tidak menjadikan semua penganut agama sama di hadapan-Nya. Bahwa hidup rukun dan damai antar-pemeluk agama adalah sesuatu yang mutlak dan merupakan tuntunan agama, tetapi cara untuk mencapai hal itu bukan dengan mengorbankan ajaran agama. Caranya adalah hidup damai dan menyerahkan kepada-Nya semata untuk memutuskan di Hari Kemudian kelak agama siapa yang direstui-Nya dan agama siapa pula yang keliru, kemudian menyerahkan pula kepada-Nya penentuan akhir, siapa yang dianugerahi kedamaian dan surga dan siapa pula yang akan takut dan bersedih. Firman-Nya falahum ajruhum ina Rabihimi untuk mereka pahala mereka di sisi Tuhan mereka diperhadapkan dengan firman-Nya pada ayat lalu menyangkut yang durhaka yakni wa ba'du bi ghadabi min Allah mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Umat yang ini mendapat murka dan umat yang itu mendapat rida yang tercermin antara lain dalam ganjaran. Karena itu, janji tersebut disertai dengan kata "di sisi Allah". Sedangkan firman-Nya wa laa khaufun’alaihim tidak ada kekhawatiran menimpa mereka diperhadapkan dengan firman-Nya wa dhuribat alaihim adz-dzillah dan ditimpakanlah atas mereka nista - nista karena ia menjadikan seseorang takut dan khawatir. Dalam hal umat ini takut dan yang itu tidak disentuh rasa takut. Sedang firman-Nya wa laa hum yahzanun tidak [pula] mereka bersedih hati, diperhadapkan dengan firman-Nya al-maskanah kehinaan, karena kehinaan hidup menjadikan seseorang mengharapkan sesuatu yang tidak dapat dicapai sehingga menyedihkan hati. Dengan demikian, umat yang ini sedih dan umat yang itu gembira. Demikian sekali lagi terlihat hubungan ayat ini dengan ayat al-Baqarah yang lalu dari sisi uraiannya yang bertolak belakang. Setelah penegasan yang memberi ketenangan terhadap semua pihak yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian secara benar sesuai dengan yang diajarkan oleh para nabi-Nya, kelompok ayat ini melanjutkan dengan mengingatkan orang-orang Yahudi tentang perjanjian mereka menyangkut kitab suci Taurat.=========* Naskah dinukil dari buku "Tafsir al-Misbah Jilid 1" yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati. Pembaca bisa mendapatkan karya-karya Prof. Quraish Shihab melalui website penerbit. - Pendidikan Reporter M. Quraish ShihabPenulis M. Quraish ShihabEditor Zen RS SabdaRasulullah tentang palestina ini akan terjadi! Sabda Rasulullah Saw ini akan terjadi di palestina, Palestina adalah tanah umat muslim, dan palestina ak Konten ini adalah kiriman dari pembaca Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini. Palestina قال رسول الله صلعم لا تزال طائفة من أمتي على الحق ظاهرين، لعدوهم قاهرين، لا يضرهم من خالفهم، إلا ما أصابهم من اللأواء، قالوا يا رسول الله وأين هم؟ قال ببيت المقدس وأكناف بيت المقدس رواه أحمد في مسنده – “Akan ada segolongan kecil dari Umatku, yang terang membela kebenaran, bertindak tegas terhadap musuh-musuhnya, Tidak akan menggoncang mereka siapa-siapa yang membencinya. Para Sahabat bertanya; Dimana mereka Wahai Rasulullah? Rasul menjawab; Di Baitul Maqdis, dan tepi-tepi baitul Maqdis” Palestina adalah sepotong besar aqidah kita. Mengumandangkan perjuangan membebaskannya, berarti menyuarakan kesejatian Aqidah, dan keutuhan Islam kita. Di sana negeri para Nabi, yang hadir hidup, berjuang, dan wafat di tanah yang aura keberkahannya begitu kuat. Jika Berjaya Palestina, berjayalah Kaum Muslimin. Jika terhinakan Palestina, maka terhinakanlah kaum muslimin, seperti yang kita lihat hari ini. Apa perhatian Nabi Muhammad ketika Palestina masih dibawah jajahan Romawi? Sesungguhnya dalam Sirah Nabawiyah, ketika disebut perang Tabuk, perang Mu’tah dan pasukan besar pimpinan Usamah bin Zaid, kesemuanya adalah kasatuan besar masterplan besar Nabi untuk membebaskan Baitul Maqdis. Dengan kata lain, perjuangan Nabi untuk memenangkan tanah suci Palestina begitu hebat dan maksimal. Bahkan sejatinya, pasukan terakhir di kehidupan Nabi yang dipimpin Usamah bin Zaid adalah pasukan besar berisi sahabat besar menuju tujuan besar; Al-Quds! Palestina! Hari ini, pejuang Palestina sedang dalam keadaan siaga. Perbekalan keimanan dan kekuatan militer sedang dikembangkan begitu besarnya. Setelah Pejuang Brigade Izzuddin Al-Qassam memenangkan Perang Furqon, Perang Asfim Ma’kul, lalu Perang Hijar min Sijjil, saat ini mereka sedang dalam persiapan maksimal menuju Wa’dul Akhirah’, atau bisa dibilang hentakan besar-besaran melawan penjajahan Zionis Israel terhadap Palestina. Sebenarnya seperti apa Palestina di benak manusia-manusia hebat ini? Dan bagaimana Rasulullah mendeskripsikan pentingnya tanah Syam yang di sana ada Palestina, Libanon, Suriah, Yordania dan sebagian Sinai dalam hadits-hadits shahih? Hingga para pejuang tidak kehabisan ide dan tenaga, bahkan menjadi pasukan hebat yang membuat Penjajah Zionis kewalahan? Beginilah sekelumit pemahaman dari pengetahuan Palestina yang begitu banyak. *** Syam Negeri Penuh Keberkahan “Berbahagialah Syam, berbahagialah Syam, berbahagialah Syam!”, kata Nabi memulai halaqah beliau. Sahabat bertanya, “Dengan apa yang Rasul Syam berbahagia?”, lalu dengan lugas Rasul menjawab, “Para Malaikat membentangkan sayap-sayapnya di Syam”. Al-Izz bin Abdussalam berkata “Maksdunya adalah bahwa Allah dan para Malaikat memberkahi juga merahmati tanah Syam” Tanah Syam, yang hari ini terdiri dari Palestina, Suriah, Libanon dan Yordania begitu penting bagi Nabi, juga menempati posisi khusus di hadapan Allah. Itulah mengapa keberkahannya nyata. Tumbuh-tumbuhan hidup, udara yang sejuk, lembah dan bukit-bukit subur yang indah, dan letak geografis yang sangat-sangat berharga bagi mereka yang ingin memenangkan pengaruh geopolitik. Hadist dari Abdullah bin Hawwalah, bahwasanya Rasul bersabda; “Di malam Isra’, aku melihat tiang berwarna putih seperti mutiara, dibawa oleh para Malaikat. Aku bertanya, Apa yang kalian bawa?”. Para Malaikat menjawab, “Tiang Islam, Kami diperintahkan untuk meletakkannya di Syam” Al-Izz bin Abdussalam menjelaskan, “Nabi mengabarkan bahwa tiang Islam, yaitu Iman, berada di Syam ketika zaman muncul banyak fitnah. Maknanya Ketika muncul banyak fitnah pada ummat ini, penduduk Syam tetap teguh memegang Iman mereka.” Syam Negeri Mahsyar Seluruh Manusia Dari hadits Bahz bin Hakim bin Muawiyah Al-Qusyairi dari Ayahnya dari Kakeknya, berkata; “Wahai Rasulullah, kemana engkau memerintahkanku untuk bermukim?” kemudian Rasul menjawab, “Kesana”, dan tangan beliau menunjuk ke arah Syam, “Sesungguhnya kalian akan digiring menuju kesana mahsyar dalam keadaan berjalan kaki dan berkendara serta berjalan diatas wajah kalian.” Kemudian ayat Quran surat Qaaf ayat 41, menjelaskan وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ “Dan dengarkanlah seruan pada hari penyeru malaikat menyeru dari tempat yang dekat.” Para Mufassir menafsirkan bahwa yang dimaksud “tempat yang dekat” adalah Sakhrah, yang berada di Masjid Al-Aqsha. Dengan kata lain, Malaikat Israfil akan memanggil manusia menuju mahsyar di atas As-Sakhrah Masjid Al-Aqsha, dan Syam itu sendiri menjadi Padang Mahsyar. Al-Ahwadhi berkata, “Tempat dikumpulkannya manusia berada di sebuah tanah suci di Syam, Allah mengumpulkan seluruh jiwa di sana, maka itulah padang Mahsyar.” Syam Negeri Kecintaan Para Nabi Dalam Kitab Mu’jam Al-Buldan, termaktub bahwa Ibnu Abbas pernah berkata, “Baitul Maqdis dibangun oleh para Nabi, dijadikan tempat bermukim para Nabi, dan tidaklah satupun jengkal di Baitul Maqdis melainkan telah menjadi tempat Shalat para Nabi dan tempat berdirinya para Malaikat.” Para Nabi bergerak dan berjalan menuju Tanah Palestina, ia adalah tanah yang berkah, Negeri para Nabi, Negeri tegaknya agama Islam, dan negeri saksi peradaban dari Nabi Adam hingga hari kiamat. Syam Negeri yang Didoakan Nabi Rasulullah bersabda, “Ya Allah berkahilah Syam kami, Ya Allah berkahilah Yaman kami, Ya Allah berkahilah Najd kami….”. Al-Izz bin Abdussalam menjelaskan, “Ketika Rasulullah mendoakan keberkahan Syam, lalu baru kemudian Yaman, menunjukkan bahwa keutamaan Syam atas Yaman.” Pohon di Syam Seperti Pohon Di Surga Dari hadits Utbah bin Abdissalmi berkata, seseorang badui datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, “Apakah di Surga ada buah?”. Lalu Rasulullah menjawab, “Betul, dan di dalamnya pula ada sebuah pohon Thuba kebahagiaan dan ia berada di Surga Firdaus.” Kemudian Si Badui bertanya lagi, “Di bumi ini adakah pohon yang menyerupainya?” Lalu Rasul menjawab, “di bumi ini tidak ada pohon seperti itu, namun apakah engkau pernah datang ke Syam?”. “Belum wahai Rasulullah”, jawab Si Badui. Maka Rasulullah berkata, “Sesungguhnya ada sebuah pohon yang mirip dengannya di Syam yang disebut Al-Jauzah, tumbuh dengan satu batang, lalu tumbuh di atasnya cabang-cabang yang banyak.” Muadzin Masjid Baitul Maqdis Didahulukan Masuk Surga Dari Jabir bahwasanya seorang lelaki datang menemui Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang akan pertama kali masuk ke Surga?”. “Para Nabi”, jawab Rasulullah. “Lalu siapa?”, “Para Syuhada”. “Lalu siapa?”, “Muadzin Masjid Al-Haram”. “Lalu siapa?”, “Muadzin Masjid Baitul Maqdis”. “lalu siapa?”,”Muadzin masjidku ini”. “Lalu siapa?”, “Seluruh muadzin masjid-masjid sesuai dengan kadar amalan mereka.” Dan hingga saat ini, ada sebuah sejarah besar yang mesti dibuka tabirnya. Bahwasanya Bilal bin Rabah tidak hanya mengadzani Masjid Nabawi dan Masjid Al-Haram. Ketika Umat Islam di bawah pimpinan Umar Bin Khattab membebaskan Masjid Al-Aqsha, maka Bilal bin Rab;ah menjadi Muadzin pertamanya setelah sekian lama beliau tidak mau adzan disbebabkan selalu menangis dan mengingat Nabi. Dan di hari pembebasan Tanah Al-Quds, Bilal bin Rabah adalah muadzin pertama masjid itu. Subhanallah! *** Siapa Pembebas Palestina? Dalam sebuah dialog yang diampu oleh Ustadz Azhari Suhaemi sebagai Bidang Edukasi KNRP Pusat, beliau menerangkan tentang sebuah fakta sejarah, bahwa pembebas Al-Aqsha dalam sejarah kaum Muslimin tidak pernah dilakukan oleh orang-orang di dalam Palestina. Umar bin Khattab, Khalifah pembebas Palestina, adalah bagian dari Bani Adi, orang Quraisy yang memimpin pasukan Muslimin bangsa arab membebaskan gerbang Palestina, dan beliau bukan orang Palestina. Nuruddin Zanki, inisiator pembebas Al-Quds pasca dijajah pasukan Salib, bukanlah orang Arab, melainkan keturunan Bangsa Turki, lalu mengadakan agenda jihad yang fenomenal sehingga memutus rantai kekuasaan Penjajah Salib di beberapa wilayah penting di Syam. Shalahuddin Al-Ayyubi, pembebas Al-Quds yang memenangkan Pertempuran Hattin 1187 Masehi bukanlah orang Palestina, bukan pula orang Arab. Beliau lahir di Benteng Tikrit di Iraq, keturunan Suku Kurdi. Meneruskan perjuangan Nuruddin Zanki, beliau berhasil membuka kembali gerbang Al-Quds setelah 88 tahun dibawah jajahan Pasukan Salib sejak 1099 M. Lalu, Siapakah Pembebas Palestina di masa depan nanti? Mari membahas hadits Nabi Muhammad SAW, “Kamu sekalian akan membunuh yahudi, kalian berada di timur sungai, dan mereka berada di barat sungai”. Dari hadist yang disampaikan Nabi Muhammad ini, ada sebuah fakta unik yang sangat menarik untuk ditelisik. Di mana barat sungai? Dan di mana timurnya? Seperti kita tahu, di Palestina kita mengenal sebuah wilayah besar Palestina yang disebut sebagai Dhuffah gharbiyah’ atau West Bank dalam bahasa Inggris, dan Tepi Barat’ dalam bahasa Indonesia. Wilayah itu adalah daerah yang berbatasan langsung dengan Yordania. Dan di sanalah Masjid Al-Aqsha berdiri. Yang menarik adalah penamaan tepi barat, daerah itu dinamakan Tepi barat’ karena ia berada di sebelah barat Sungai Yordan. Begitu nyata hadist yang disampaikan Rasulullah dan dikaji hari ini di dunia nyata. Lalu, dengan logika sederhana mari mengambil pemahaman dari maksud Nabi Muhammad, bahwa saat pembebasan Al-Aqsha, Zionis Israel akan bermarkas di Tepi Barat, lalu Kaum muslimin berada di timur sungai’. Memaknai timur sungai’ berarti tanah yang berada di timur sungai Yordania, jika meluaskan definisi itu, berarti segala negeri di timur Palestina adalah bisa jadi termasuknya. Seperti itulah yang dijelaskan dalam dialog edukasi itu. Jika, bangsa Arab telah membebaskannya, bangsa Turki telah membebaskannya, Bangsa Kurdi telah membebaskannya, maka saat era depan pembebasan Al-Aqsha bukan tidak mungkin adalah saat Asia memasuki eranya yang lebih perkasa, lalu negeri-negeri timurlah yang menjadi pelaku pembebasan Palestina. Karena masa kepemimpinan Allah pergilirkan, dan setiap peradaban telah mengecap keberhasilan pembebasan Palestina, maka bisa jadi kesempatan untuk membebaskan Palestina di masa depan muncul dari negeri Timur. Dan Indonesia menjadi bagian pembebasannya. Inilah sekelumit Nubuwat Nabi Muhammad tentang betapa pentingnya Palestina dan bahkan Al-Quran dan hadits nabi telah memberitakan letak-letak peristiwa penting yang akan terjadi di hari depan Palestina sebagai jantung Umat Islam sedunia. Maka tidak sangsi jika Syaikh Ahmad Ali Muqbil sebagai Ketua Dewan Ulama Palestina Yaman berkata, “Palestina adalah sepotong besar aqidah kita!” Redaktur Deasy Lyna Tsuraya Beri NilaiLoading... Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan WbkDn. 337 109 495 5 438 17 271 349 282