DariAbu Hurairah RA, ia berkata: "Rasulullah SAW. bersabda, "Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), untuk membaca Al-Qur'an dan mempelajarinya, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka dilingkupi rahmat Allah, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk-Nya yang berada didekat-Nya (para malaikat)." (HR. Oleh Musthafa Luthfi* HARI NAKBAH bencana, itulah sebutan yang diberikan oleh warga Palestina sehubungan dengan berdirinya negara Israel pada bulan Mei 1948 oleh negara-negara besar imperialisme. Sejak saat itu, bencana bangsa Palestina tak kunjung usai hingga lebih dari 62 tahun masa nakbah itu berlangsung hingga saat ini. Setiap tanggal 14 Mei adalah hari yang tidak terlupakan bagi bangsa Palestina dan bangsa Arab pada umumnya. Karenanya setiap datang tanggal kelabu itu rakyat Palestina dan dunia Arab pada umumnya memperingatinya sebagai Hari Nakbah, di lain pihak Israel memperingatinya sebagai hari jadinya. Sebuah pemandangan yang sangat kontras. Di satu sisi negara pencaplok memperingati hari jadinya di atas tanah caplokannya, di sisi lain bangsa terjajah yang terbuang memperingati bencana yang menimpanya yang belum ada tanda-tanda akan berakhir. Pada awal-awalnya peringatan tersebut berlangsung meriah dan penuh semangat, bahkan sering menjadi inspirasi dunia Arab untuk merebut kembali wilayah Arab yang diduduki negeri Zionis itu dengan kekuatan senjata, sebagaimana semboyan yang sangat terkenal di tahun 1950-an; “sesuatu yang diambil dengan kekuatan militer maka harus dikembalikan dengan kekuatan militer pula.“ Paling tidak hari Nakbah telah menginspirasikan dua perang besar Arab-Israel pascaberdirinya negeri Yahudi itu pada 1948, yakni perang 1967 dan perang 1973. Sayang kedua perang tersebut tidak berbuah ni`mah lawan dari nakbah buat bangsa Palestina, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Nakbah demi nakbah menimpa, sehingga sebagian penulis Arab menyebut nakbah Palestina sebagai nakabaat bentuk jamak dari nakbah yang artinya nakbah demi nakbah bencana demi bencana menimpa. Kenyataannya memang demikian, setelah perang enam hari pada 1967 yang menyebabkan Israel berhasil memperluas pendudukannya di wilayah Arab dan Palestina, termasuk pendudukan kota Al-Quds, berlanjut dengan perang Ramadhan 1973 yang memupuskan kehebatan militer Israel yang pernah disebut sebagai kekuatan la yuqhar tak terkalahkan, tapi kenyataannya perang ini tidak membuat negeri Yahudi yang didukung kuat sekutu Baratnya, terutama AS, bergeming. Nakbah pun masih berlanjut. Yang terbesar adalah perang 1982 saat negeri zionis itu melakukan invasi ke Libanon dan berhasil meluluhlantahkan negeri mungil yang menampung ratusan ribu warga Palestina yang terusir dari tanah airnya. Dalam invasi itu diwarnai pembantaian sadis warga Palestina tak berdaya oleh pasukan Israel bersama pasukan Kristen Libanon yang menewaskan lebih dari 5 ribu warga Palestina tak berdosa di kamp Sabra dan Satila dengan aktor intelektualnya Ariel Sharon, mantan PM Israel yang sekarang masih dalam kondisi sekarat bagaikan mummi Fir`aun. Perang demi perang setelahnya telah menambah nakbah bagi bangsa negeri satu-satunya yang masih terjajah di muka bumi ini. Sebut saja misalnya perang musim panas tahun 2006 antara Hizbullah dan Israel, lalu perang terakhir yang pantas disebut holocaust di Gaza pada akhir 2008 hingga awal 2009 yang menewaskan lebih dari 2 ribu warga Gaza plus embargo yang tak kunjung berakhir hingga saat ini. Karena itu pantasnya nakbah itu diperingati setiap hari karena tiada hari bagi bangsa Palestina kecuali nakbah yang tiada henti. Meskipun demikian, sangat penting untuk menjadikan momentum 14 Mei sebagai hari nakbah al-uula bencana awal pada 1948 sebagai hari untuk mengingatkan bangsa Arab dan umat Islam pada umumnya tentang kewajiban mereka untuk membela tanah Palestina warisan para Nabi, yang di dalamnya terdapat tempat suci dan kiblat pertama kaum Muslimin. Sayang hari nakbah tersebut makin terlupakan, terutama setelah persetujuan Oslo pada 13 September 1993 antara Organisasi Pembebasan Palestina PLO dengan Israel. Persetujuan itu akhirnya telah menjadi almarhum yang dikubur tak lama setelah persetujuan itu tercapai sehingga persetujuan ini pun membawa nakbah pula bagi bangsa Palestina terjajah. Dalam lima tahun belakangan ini, hari nakbah ini benar-benar asing bagi masyarakat Arab sendiri. Bahkan pada HUT Nakbah ke-62 pada 14 Mei lalu, hanya dihitung dengan jari media massa Arab yang menyiarkan hari kelabu itu kepada publik, termasuk siaran unjuk rasa yang tidak lagi besar di bumi Palestina memperingati hari bencana itu, padahal paling tidak ratusan TV satelit Arab yang dipancarkan di udara. Tersibukkan Kenyataan inilah yang memang diidam-idamkan negeri Zionis dengan harapan yang lebih besar dari itu, yakni isu Palestina tidak lagi dijadikan isu sentral dunia Arab dan Islam agar negeri Palestina yang diidamkan tidak pernah ada. Seandainya harus ada, maka negeri Palestina “merdeka” tersebut harus sesuai dengan muwashafaat spesifikasi negeri Yahudi itu. Hari Nakbah makin terlupakan bukan hal yang aneh lagi dewasa ini, karena setiap negara Arab dan Islam tersibukkan dengan urusan dan masalah masing-masing yang sengaja diciptakan negeri-negeri imperialis. Pada HUT Nakbah tahun ini paling tidak ada tiga isu penting di kawasan yang menjadi fokus perhatian publik setempat, bahkan publik dunia yang cukup untuk menghilangkan perhatian umum dari nakbah Palestina. Isu pertama adalah nuklir Iran yang menunjukkan perkembangan penting, setelah Iran setuju menukar uraniumnya di Turki. Iran, Brasil, dan Turki, pada 17 Mei lalu di Teheran menandatangani satu perjanjian pertukaran bahan bakar nuklir yang bertujuan untuk menghilangkan kecemasan internasional menyangkut program atomnya. Negeri Mullah itu setuju menukarkan kilogram uraniumnya yang diperkaya dalam kadar rendah dengan bahan bakar nuklir yang diperkaya dalam kadar tinggi untuk digunakan bagi satu reaktor riset medis, di mana pertukaran akan berlangsung di Turki. Langkah maju Iran tersebut ternyata disambut dingin Barat, bahkan AS mengajukan draft rancangan sanksi baru yang lebih berat lewat forum DK PBB. Bagi Iran sendiri tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena kecurigaan semula tentang sikap dunia Barat yang tidak menginginkan negara berkembang menguasai teknologi nuklir terbukti sudah lewat respon dingin dan tekanan lewat embargo. Meskipun tetap akan berdampak atas ekonominya, paling tidak Iran bisa beralasan untuk menguasai teknologi nuklir lebih cepat tanpa harus khawatir pemantauan Badan Energi Atom Internasional IAEA nantinya karena berhak menolak inspeksi akibat embargo. Isu kedua adalah latihan perang-perangan Israel yang diasumsikan sebagai cara untuk menghadapi serangan roket Hizbullah dan Suriah, bahkan kemungkinan Iran pada perang mendatang. Sebagian melihat latihan yang dimulai 23 Mei selama lima hari sepanjang perbatasan dengan Libanon itu sebagai bentuk persiapan negeri Zionis tersebut untuk menginvasi lagi Libanon sebagai balas dendam atas “kekalahan” pada perang 2006. Di lain pihak Iran pun melakukan latihan yang sama yang dimulai pada 24 Mei selama tiga hari yang mengkhawatirkan bangsa-bangsa di kawasan seolah-olah dua negara saling menunjukkan otot. Sebelum dua latihan itu berlangsung, telah diawali dengan saling gertak antara kedua negara sehingga menjadi fokus perhatian umum di bulan nakbah Palestina tersebut. Isu ketiga adalah masalah air Sungai Nil yang menjadi sumber kehidupan bagi Mesir dan Sudan. Pasalnya pada 14 Mei lalu sebanyak 4 negara dari total 9 negara di kawasan Sungai Nil menandatangani persetujuan inisiatif untuk mengubah jatah pembagian air Nil selama ini yang 80 persen lebih diperuntukkan untuk dua negara utama kawasan, yakni Mesir dan Sudan. Keempat negara itu yakni Ethiopia, Rwanda, Tanzania, dan Uganda menandatangani persetujuan tersebut Di Entebbe, Uganda. Tiga negara lainnya yakni Burundi, Kenya, dan Republik Demokrasi Kongo berjanji akan menandatangani perjanjian itu tahun depan, sementara dua anggota utama Mesir dan Sudan menolak tegas karena akan mengurangi jatahnya yang telah ditetapkan sejak tahun 1929 dan ditinjau lagi pada tahun 1959. Mesir bahkan mengancam akan melakukan segala cara, termasuk militer, untuk mempertahankan jatahnya mengingat Sungai Nil ibarat roh bagi bangsa Mesir. Selama ini dari 84 milyar kubik aliran sungai itu setahun, sebanyak 55,5 milyar kubik jatah Mesir lalu, Sudan sebanyak 18,5 milyar sehingga kedua negara menyedot sekitar 87 persen, sedangkan sisanya dibagi oleh 7 negara lainnya. Menghadapi ancaman Mesir tersebut Presiden Kongo dan PM Kenya bertemu dengan Presiden Mubarak di Kairo pada 23 Mei untuk menenangkan Mesir bahwa penandatanganan persetujuan inisitif tersebut tidak bermaksud membahayakan Mesir. Sikap Kenya dan Kongo ini masih belum cukup karena tidak menutup kemungkinan intervensi luar, terutama Barat dan Israel, untuk mengobarkan perang air di kawasan tersebut. Perimbangan kekuatan Dengan makin kompleksnya isu yang dihadapi oleh setiap negara kawasan, maka sangat sulit bagi dunia Arab untuk lebih fokus pada penyelesaian isu Palestina dewasa ini sehingga konsesi demi konsesi yang diberikan Arab pada Israel justru direspon negeri Yahudi itu dengan makin meningkatkan pencaplokan dan pengusiran warga Arab dari tanah air mereka, terutama di kota Al-Quds yang sedang menghadapi yahudisasi besar-besaran. Kenyataan ini lebih disebabkan dengan kesenjangan perimbangan kekuatan militer di kawasan yang diakibatkan keunggulan Israel mutlak atas kekuatan militer Arab. Senjata konvensional Israel unggul mutlak atas seluruh negara Arab, ditambah lagi lebih dari 200 hulu ledak nuklir siap ditembakkan ke kota-kota utama di seluruh dunia Arab, menjadi unsur penekan atas dunia Arab dalam setiap perundingan tentang Palestina khususnya dan konflik Arab-Israel pada umumnya. Karena itu bukanlah sesuatu yang aneh bila solusi mengakhiri nakbah itu adalah senjata nuklir. Senjata nuklir Arab atau paling tidak penguasaan teknologi nuklir yang dapat menjurus kepada pembuatan senjata pemusnah massal itu adalah sebagai pembuka jalan menuju berakhirnya nakbah yang telah berlangsung lebih dari seabad tersebut. Sebenarnya banyak alasan bagi dunia Arab untuk mulai dengan tegas menolak denuklirisasi secara sepihak. Munculnya Iran sebagai kekuatan nuklir baru di kawasan setelah Israel, bisa menjadi alasan telak untuk segera melakukan hal yang sama karena tidak ada dalih bagi negara-negara besar yang menggunakan Badan IAEA untuk menekan Arab agar tetap mempertahankan perjanjian non-prolifirasi nuklir NPT. Bila kawasan Timur Tengah ingin dijadikan kawasan bebas senjata nuklir, maka semua negara harus masuk dalam perjanjian NPT seperti yang selalu didengungkan Turki akhir-akhir ini. Arab seharusnya segera bergabung dengan Turki untuk mengkampanyekan isu ini sehingga Israel tidak lagi secara terus menerus berada di luar jangkauan hukum internasional. Barat tidak akan mengubah kebijakannya yang menjadikan Israel selalu di luar jangkauan hukum selama tidak ada usaha dari dunia Arab secara kolektif dan negara-negara Islam di kawasan, terutama Iran dan Turki yang saling mendukung mengkampanyekan masalah tersebut, dibarengi ancaman untuk keluar dari NPT bila negeri Zionis itu tidak bergabung dalam perjanjian NPT tersebut. Paling tidak Mesir pernah mencoba mengancam keluar dari NPT pada 1995 yang mendapat dukungan kuat negara-negara OKI dan GNB dengan alasan Israel enggan bergabung. Sayang karena tidak dilakukan secara kolektif oleh dunia Arab atau negara kawasan sehingga nyali Mesir sebatas ancaman sebab tidak mampu menghadapi tekanan Barat sehingga ancaman dicabut kembali. Sekarang waktunya ancaman dilakukan secara kolektif agar bargaining position posisi tawar dunia Arab bertambah kuat menghadapi sikap keras kepala negeri Zionis yang makin gencar melakukan yahudisasi kota suci Al-Quds. Walaupun Arab misalnya hanya sebatas berusaha menyamai senjata konvensional Israel, tetap saja senjata nuklir menjadi unsur penekan yang mengkhawatirkan pihak yang tidak memilikinya. Sudah waktunya antara Arab dan Iran saling dukung menyangkut kebijakan Timur Tengah sebagai zona bebas senjata nuklir dengan mendesak dunia secara bersama-sama agar Israel masuk bergabung. Bila tidak, setiap negara kawasan berhak memiliki kemampuan yang sama atau paling tidak teknologi nuklir yang dapat menjadi unsur tarhib intimidasi timbal balik. Singkatnya, nakbah Palestina sulit berakhir dalam posisi status quo no peace no war saat ini sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa senjata dan teknologi nuklir Arab bisa menjadi pembuka jalan menuju berakhirnya nakbah. Pengalaman-pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa negeri Zionis itu hanya akan tunduk pada logika kekuatan, tanpa itu jangan berharap banyak bila nakbah akan segera berakhir. [Sana`a – Yemen, 10 Jumadil Akhir 1431/ Penulis adalah kolumnis kini sedang berdomisili di Yaman AIBukhari) Sebaik-baik rumah kaum ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk. (HR. Ibnu Majah). Kota Yerusalem Foto Reuters/Ronen ZvulunYerusalem merupakan salah satu kota tertua di dunia. Menurut catatan milik Stewart Prowne yang berjudul Cities of the World Jerusalem & Bethlehem, Yerusalem sudah dihuni oleh Bangsa Kanaan sejak tahun 2500 SM. Sementara pemukiman pertama diperkirakan sudah ada sekitar 4000 tahun SM. Ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Bangsa Kanaan merupakan keturunan Shem dan Eber, anak dari Nabi masa lalu hingga saat ini, Yerusalem berulang kali direbut, ditaklukan, dihancurkan dan dibangun kembali. Setiap jengkal tanahnya mampu bercerita dengan fasih tentang sekeping kenangan kesedihan, kebahagiaan, keimanan dan rentetan sejarah krisis kemanusiaan yang begitu bahasa ibrani, Yerusalem ditulis dengan kata Yerushalayim atau Yerushalaim yang berarti Warisan Perdamaian. Berbagai sumber juga menyebut kata Orshalem sebagai nama awal dari Yerusalem. Orshalem sendiri memiliki arti Kota berbagai kisah seputar asal muasal namanya, dapat disimpulkan bahwa kota ini merupakan sebuah wilayah yang dibangun di atas harapan akan terciptanya kedamaian dan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan. Seharusnya Yerusalem menjadi simbol perdamaian bagi peradaban manusia di seluruh demikian, Yerusalem adalah sebuah paradoks. Di saat bersamaan, kota yang penuh keagungan itu disesaki oleh cinta dan dipenuhi oleh kebencian. Keunikan Yerusalem justru berasal dari sekat tipis yang memisahkan kedua ekspresi perasaan manusia Suci Tiga Agama SamawiMagnet Yerusalem terdapat pada arti spiritualnya. sejak dulu ia dipercaya sebagai kota suci tiga agama samawi, yaitu Islam, Kristen dan Yudaisme. Yerusalem dikultuskan oleh agama dan tradisi hingga sejarah dan teologi. Hampir di setiap sudut Kota Yerusalem dapat ditemui tempat-tempat suci dan rumah-rumah ibadah dari berbagai pemeluk umat Muslim, Yerusalem adalah uwla al qiblatayn wa thalith al haramayn yaitu awal mula kiblat sekaligus sebagai kota suci ketiga setelah Mekah dan Madinah. Di kota ini Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan Isra Mi’raj mulai dari Mekkah ke Jerusalem, lalu dilanjutkan ke Sidrat Al Muntaha. Perjalanan malam tersebut menjadi faktor yang memperkuat hubungan antara Mekkah dan Yerusalem sebagai kota suci bagi Umat Rashid Khalidi, seorang profesor Universitas Columbia menyebutkan khalifah kedua Umar bin Khattab menaklukkan Yerusalem dan merebut kembali Masjid Al-Aqsa pada tahun 638 M. Pasukan Islam masuk ke al-Quds di Jerusalem dan mengusir tentara Bizantium. Penduduk Yerusalem sepakat bahwa kota suci itu hendaknya diserahkan kepada Khalifah Umar bin Khattab. Di kala itu khalifah Islam tersebut mengeluarkan ikrar yang masyhur bagi di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab, Yerusalem berada pada era keemasan. Perdamaian dan toleransi antar umat beragama terjalin begitu erat. Seluruh pemeluk agama yang ada di Yerusalem benar-benar bisa merasakan kebebasan beribadah sesuai dengan kepercayaan umat Kristen, Yerusalem melambangkan simbol kesucian. Meskipun lahir di Bethlehem dan tumbuh di Nazareth, namun di Yerusalem yang magis itulah Yesus hidup, berkarya, wafat dan bangkit. Yerusalem menjadi tempat di mana gereja pertama kali lahir serta tempat awal mula berkembangnya komunitas Kristen di Yerusalem terdapat jalan yang diberi nama Via Dolorosa atau Jalan Salib. Menurut kepercayaan Kristen, jalan selebar dua setengah meter tersebut menjadi saksi Yesus disalib yang kemudian dianggap sebagai simbol pengorbanan dalam menebus dosa umat manusia. Via Dolorosa menjadi salah satu destinasi wajib bagi para peziarah kristen yang berkunjung ke bagi kaum Yahudi, Yerusalem merupakan satu-satunya kota suci yang dijanjikan kepada mereka. Berdasarkan kepercayaan Yudaisme, Yerusalem merupakan kota pilihan yang dianugerahkan tuhan Yahweh yang harus terus diperjuangkan. Dalam setiap doa harian, kaum Yudaisme kerap kali menyebut Trias Kuncahyo dalam buku yang berjudul Jerusalem, Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, di dua perayaan sakral orang Yahudi yaitu Passover Seder atau Paskah Yahudi dan Yom Kippur atau Hari Pertobatan, selalu diakhiri pernyataan tahun depan di Yerussalem.”Bagi kaum Yahudi, tanah yang dijanjikan bukan hanya suatu ungkapan heroik untuk mengklaim kepemilikikan Yerusalem, namun juga mempertahankan, memelihara, dan menjamin kesakralan Jerusalem sebagai kota yang kitab Mazmur atau yang bagi sebagian kalangan Muslim dikenal dengan kitab Zabur, terdapat penggalan pujian yang begitu agung terhadap Yerusalem. “Jika aku melupakan engkau oh Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku. Jika aku tidak mengingat engkau, biarlah lidahku melekat pada langit-langit mulutku, jika aku tidak memilih Yerusalem sebagai puncak sukacitaku, jangan biarkan aku bernyanyi lagi.”Masing-masing penganut agama samawi pasti mendambakan berdoa dengan kushyuk di kawasan suci Dome of The Rock, Masjid Al Aqsha, Gereja Makam Kristus, atau Tembok Ratapan yang sekarang disebut sebagai Tembok Barat. Yerusalem pantas disebut sebagai miniatur peradaban dunia. Di setiap sudut kota, ribuan umat beragama dengan khusyuk menyembah tuhan menurut kepercayaannya dari Sekedar Konflik Antar AgamaMeski persoalan spiritual menjadi daya tarik utama permasalahan Yerusalem, namun konflik yang terjadi tidak bisa direduksi melalui perspektif konflik keimanan semata. Lebih luas dari pada itu, konflik saling rebut Yerusalem yang sudah langgeng selama ribuan tahun sudah mencederai nilai-nilai kemanusiaan, tidak perduli apapun latar belakang saling rebut kota suci justru merusak nilai-nilai kesucian kota itu sendiri. Tindakan represif polisi Israel dan perilaku provokatif negara tersebut dalam mengkhianati berbagai resolusi PBB dan Dewan Kemanan PBB telah merenggut banyak nyawa serta kebebasan beribadah masyarakat Palestina. Begitu pula rudal-rudal dari militer Palestina yang merusak rumah-rumah masyarakat sipil Israel telah mengusik ketenangan masyarakat Israel itu data yang dilansir dari jumlah penduduk Israel yang menganut kepercayaan Yudaisme sebesar 78% dari total populasi. Yang tidak banyak orang tahu adalah Islam menjadi agama nomor dua terbesar di Israel, yaitu mencapai 18% dari total Israel juga terdapat beberapa politisi muslim yang menduduki posisi strategis di dalam lingkaran pemerintahan. Jumlah pemeluk agama Islam di Israel juga kian meningkat dalam beberapa tahun di Palestina, selain umat Islam yang menjadi mayoritas hingga 85% dari total populasi, juga terdapat pengikut Yudaisme yang tidak sedikit. Selain itu juga banyak terdapat pengikut Kristen yang 50% diantaranya merupakan anggota Gereja Ortodoks juga memiliki partai besar yang menganut ideologi komunis-nasionalis bernama Popular Front for the Liberation of Palestine PFLP. Selain PFLP, juga terdapat beberapa partai berhaluan Marxis-Leninis dengan jumlah anggota lebih sedikit yang terus tumbuh serta konsisten menyuarakan perlawanan terhadap invasi tengah pusaran konflik Israel dan Palestina, kerap kali muncul pertanyaan “Yerusalem milik siapa?” Pertanyaan seperti ini akan mendapatkan jawaban beragam, tergantung kepada siapa anda bertanya dan melalui sudut pandang apa orang tersebut mengklaim bahwa legalitas internasional mereka atas Yerusalem tertuang dalam Palestine Mandate yang dirumuskan pada tahun 1922 dimana saat itu Liga Bangsa-Bangsa mengakui hubungan historis antara bangsa Yahudi dengan Palestina sebagai sebuah negara berdaulat dan merekomendasikan Palestina sebagai national home bangsa Yasser Arafat yang merupakan pentolan Palestine Liberation Organization PLO dalam suatu kesempatan menyebutkan bahwa Jerusalem merupakan milik bangsa Palestina. “Yerusalem telah dan akan tetap menjadi ibu kota Palestina, semuanya milik Palestina.” Tindakan saling klaim secara terbuka ini menjadi bukti betapa Yerusalem mengakar begitu dalam bagi kedua belah pihak yang de facto, Israel saat ini merupakan pihak yang berdaulat atas Yerusalem. Kedaulatan de facto bisa dilihat dengan penguasaan secara administratif atas Yerusalem yang ditempuh meulalui agresi militer. Sementara secara de jure, kedua belah pihak yang bertikai baik Israel dan Palestina sama-sama mencari validitas dan pembuktian di mata masyarakat internasional. Namun proses pembuktian kepemilikan tersebut tidak lantas membawa Yerusalem ke arah tahun 1995, Perdana Menteri Israel saat itu Yitzhak Rabin menyatakan bahwa Israel berdaulat penuh atas Yerusalem. Bahkan ia menambahkan jika menyerahkan Yerusalem merupakan salah satu syarat terciptanya perdamaian, maka lebih baik tidak perlu ada tertarik dengan Resolusi PBB Nomor 181 II yang diterbitkan pada tahun 1947 dengan merekomendasikan Yerusalem sebagai kota internasional. Internasionalisasi Yerusalem berarti menjadikan Yerusalem sebagai corpus separatum wilayah atau entitas yang terpisah. Jika resolusi ini terwujud, Israel dan Palestina tidak lagi berhak untuk mengklaim Yerusalem sebagai milik mereka. Yerusalem akan dikelola oleh rezim internasional di bawah Dewan Perwalian hanya berselang beberapa bulan sejak diterbitkannya resolusi tersebut, Israel malah memproklamirkan diri sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, sekaligus melanjutkan misinya dalam menganeksasi Jerusalem. Hingga saat ini, belum ada satupun resolusi ataupun perundingan yang mampu menghentikan sengketa tanah suci pergumulan dan konflik antar manusia yang tak kunjung usai, masyarakat global seolah melihat tidak ada lagi tersisa ketulusan di kota para nabi tersebut. Yang tersisa hanya perhitungan soal untung dan rugi serta menang dan manis dari perdamaian tidak akan tumbuh melalui akar semrawut kebencian. Perdamaian hanya akan terwujud jika tenggang rasa dan sikap kompromi muncul dari kedua belah pihak. Sikap pongah dan keras kepala hanya semakin menjadikan perdamaian di Yerusalem sebagai sebuah ilusi yang hanya akan terwujud jika seluruh pihak yang bertikai memiliki kehendak tulus dan baik. Seperti penggalan dalam lagu berjudul Gloria in Exelsis Deo “Et in terra pax hominibus bonae voluntatis” - dan damai di bumi bagi orang-orang yang memiliki kehendak baik!Benar kata mendiang Menachem Begin, "Perdamaian adalah keindahan hidup. Ia laksana sinar mentari. Perdamaian adalah senyum seorang anak, cinta seorang ibu, kebahagiaan seorang ayah, kebersamaan sebuah keluarga. Perdamaian adalah kemajuan peradaban manusia, kemenangan keadilan, kemenangan kebenaran. Perdamaian adalah semua itu, dan lebih dari segalanya." 0.56) (Ezr 2:63) (bis: Urim dan Tumim) Urim dan Tumim: Dua benda yang dipakai nabi untuk mengetahui kehendak Allah; kita tak tahu dengan tepat bagaimana cara pemakaiannya. Jakarta - Memanasnya konflik di kawasan Palestina dan Israel membuat publik internasional geram. Ratusan nyawa jatuh dan sejumlah bangunan hancur lebur diserang sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimana sebenarnya sejarah Palestina dan dilansir dari BBC, Selasa 18/5/2021, pemicu bentrokan satu minggu terakhir diawali oleh ketegangan terkait sengketa tanah di Yerusalem Timur. Saling klaim ini berujung bentrok hingga Hamas dan Israel terlibat aksi saling kirim serangan rentetan sejarah konflik Palestina dan Israel yang berlangsung sejak lamaBerawal dari Pemberian Rumah Bagi YahudiSejarah konflik Palestina dan Israel bisa dibilang terjadi sejak Inggris mendirikan 'rumah nasional' bagi minoritas Yahudi di Palestina. Saat itu, Inggris diketahui mengambil alih wilayah Palestina dari kekuasaan Kesultanan Utsmaniyyah yang kalah dalam Perang Dunia I. Bagi warga minoritas Yahudi, wilayah itu adalah tanah air leluhur mereka. Warga Arab Palestina yang merupakan mayoritas juga mengklaim hal yang Yahudi terus menerus bertambah ke wilayah Palestina antara tahun 1920-1940an. Sementara itu, kekerasan antara Yahudi dan Arab juga meningkat hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB membagi wilayah Palestina menjadi dua, untuk bangsa Yahudi dan Arab Palestina pada PBB disambut oleh para pemimpin Yahudi, namun ditolak oleh bangsa Arab. Pembagian pun tidak pernah diterapkan hingga Negara IsraelSejarah Palestina dan Israel yang berkonflik bermula pada 15 Mei 1948, saat para pemuka Yahudi mendeklarasikan pembentukan negara Israel. Hal ini memicu penolakan Bangsa Arab Palestina dan perang perang Al-Nakhba, yang diartikan sebagai 'malapetaka' ini, ratusan ribu warga Palestina melarikan diri dan meninggalkan rumah mereka. Usai setahun, Israel sudah berhasil menguasai sebagian besar kemudian menduduki wilayah yang dinamai Tepi Barat, sementara Mesir menguasai Gaza. Sementara wilayah Yerusalem dibagi dua dengan Israel, dimana wilayah Timur dikuasai Yordania dan wilayah barat menjadi bagian Enam Hari 1967Sejarah Palestina dan Israel yang berkonflik kemudian menjadi perang, dimulai dengan diserangnya pangkalan udara Mesir oleh Israel hingga pasukan darat Israel memasuki Semenanjung Sinai. Israel mengambilalih Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan serta Yerusalem Timur yang didominasi bangsa ribu orang Palestina tidak diizinkan kembali ke rumah mereka dengan alasan akan membebani dan mengancam keberadaan negara Israel sebagai negara bangsa Yerusalem diakui Israel sebagai Ibu Kota negaranya. Sementara Palestina menyatakan Yerusalem Timur menjadi Ibu Kota masa damai antara kedua belah pihak kerap tertahan lantaran Palestina menolak pemukiman Yahudi di tepi Barat. Selama 50 tahun terakhir, ada lebih dari warga Yahudi yang membangun pemukiman di sepanjang wilayah-wilayah temu perundingan terus tertahan lantaran belum ditemui keputusan apakah pemukiman Yahudi akan dibiarkan atau dibongkar. Selain itu permasalahan Yerusalem apakah akan dibagi wilayahnya juga menjadi hal pelik yang terus mewarnai konflik kedua terbaru permasalahan sengketa tanah di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur menjadi pemicu bentrokan dan serangan udara yang menambah panjang sejarah Palestina dan Israel yang berkonflik hingga kini. izt/imk
Selainitu, Rasulullah juga mengecam kepada orang-orang yang suka membuka aib mereka sendiri. Beliau bersabda: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di pagi harinya ia berkata: "Wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu-padahal Allah telah menutupnya-dan di pagi harinya ia mem- buka tutupan Allah atas dirinya.

JAKARTA - Tim Nasional Palestina telah tiba di Indonesia. Mereka mendarat di Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta Soetta, Tangerang, Banten, pada Sabtu 10/6/2023 malam WIB. Duta Besar Palestina untuk Republik Indonesia Zuhair Al-Shun hadir bersama keluarganya untuk menyambut Tim Singa dari Kanaan mengapresiasi Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan pertandingan persahabatan. Bahkan, Indonesia menjadi negara yang istimewa bagi Palestina. "Saya apresiasi Ketua PSSI, yang sudah banyak membantu. Erick Thohir adalah sahabat Palestina sesungguhnya," kata Al-Shun, dikutip dari laman resmi PSSI, Ahad 11/6/2023. Timnas Palestina ini disambut para pendukungnya di Terminal 3 Bandara Soetta, sebelum kemudian diterbangkan ke Surabaya, Jawa Timur, pada Ahad 11/6/2023 pagi WIB, untuk bersiap menghadapi laga uji coba melawan Indonesia dalam FIFA matchday pada Rabu 14/6/2023. Selain Al-Shun, ratusan pendukungnya dari Aqsa Working Group AWG juga hadir untuk menyambut kedatangan Al Fida'i, julukan lain dari timnas Palestina. Ataa Jaber dkk kemudian akan bersiap melawan Indonesia yang akan digelar di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Atas kedatangan mereka ke Indonesia, Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengucapkan selamat datang. Erick menandai laga Indonesia vs Palestina ini sebagai pertandingan yang sarat nilai. Salah satunya adalah nilai persaudaraan antara kedua negara yang akan semakin erat melalui olahraga. PSSI juga menegaskan, sebanyak 10 persen dari hasil penjualan tiket laga tersebut akan disumbangkan untuk perjuangan bangsa Palestina. Bagi squad Garuda, laga melawan Palestina ini sarat nilai nasionalisme karena menjadi salah satu harapan menambah poin. Khusus untuk squad Garuda yang akan tampil dalam laga melawan Palestina, Erick mengapresiasi komitmen para pemain yang sudah bergabung dengan timnas. "Karena ini pertandingan melawan Palestina adalah kepentingan nasional. Dan ini salah satu dari dua pertandingan besar yang akan digelar pada Juni 2023. Merah Putih lebih tinggi di atas segalanya. Ingat, ranking Palestina di dunia lebih tinggi dari kita. Tetapi, meski kalah ranking, Garuda Indonesia pasti bisa optimal," kata Erick. Timnas Palestina yang diasuh oleh pelatih kepala asal Tunisia, Makram Daboub ini kini bertengger di peringkat 93 dunia. Sementara itu, timnas Indonesia berada di peringkat 149 FIFA.

Bab: Sabda nabi shallallahu 'alai wa sallam; 'Di antara kalian akulah yang paling mengerti tentang Allah' Nomor : 19. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدَةُ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ - Dalam surat al-Baqarah ayat 62, Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang SHabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian serta beramal saleh, maka untuk mereka pahala mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran menimpa mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.” baca teks asliAda beberapa ayat yang mengecam, bahkan mengancam, orang-orang Yahudi yang durhaka. Tentu saja ancaman dapat menimbulkan rasa takut. Melalui ayat ini, ayat 62 dalam Surat al-Baqrah, Allah tidak hanya mengancam namun juga memberi jalan keluar sekaligus ketenangan kepada mereka yang bermaksud memperbaiki diri. Ini sejalan dengan kemurahan Allah yang selalu membuka pintu bagi hamba-hamba-Nya yang insaf. Kepada mereka disampaikan bahwa jalan bagi mereka juga umat lain untuk meraih rida Allah tidak lain kecuali iman kepada Allah dan hari Kemudahan serta beramal saleh. Karena itu, ditegaskannya bahwa Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yakni yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad SAW., orang-orang Yahudi yang mengaku beriman kepada Nabi Musa AS., dan orang-orang Nasrani yang mengaku beriman kepada Isa AS., dan orang-orang Shabi’in, kaum musyrik atau penganut agama dan kepercayaan lain, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, sebagaimana dan sesuai dengan segala unsur keimanan yang diajarkan Allah melalui para nabi. Serta beramal saleh, yakni yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai yang ditetapkan Allah. Maka untuk mereka pahala amal-amal saleh yang tercurah di dunia ini dan tersimpan hingga di akhirat nanti di sisi Tuhan Pemelihara dan Pembimbing mereka. Serta atas kemurahan-Nya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka menyangkut sesuatu apa pun yang akan datang, dan tidak pula mereka bersedih hati menyangkut sesuatu yang telah terjadi. Kecaman dan siksaan yang diuraikan ayat-ayat al-Baqarah sebelumnya boleh diduga sementara orang tertuju kepada semua Bani Isra’il. Memang, banyak orang yang menduga bahwa kedurhakaan orang-orang Yahudi mencakup semua dari mereka, padahal tidak demikian. Untuk menampik dugaan keliru itu, ayat ini memulai informasinya dengan kata inna atau sesungguhnya. “Sementara sahabat-sahabat saya heran ketika saya sampaikan bahwa pada saat berada di Roma saya berkunjung ke kuburan Petrus untuk memperoleh berkatnya karena beliau adalah salah seorang hawariyyin sahabat Nabi Isa AS. yang setia,” demikian tulis Ibn Asyur ketika menafsirkan ayat 62 ini. Yang dimaksud dengan kata hadu adalah orang-orang Yahudi atau yang beragama Yahudi. Mereka dalam bahasa Arab disebut yahud. Sementara ulama berpendapat bahwa kata ini terambil dari bahasa Ibrani, yahudz. Dalam bahasa Arab, kata ini ditulis hanya dengan sedikit sekali perbedaannya yaitu meletakan "titik" di atas huruf dal. Perlu diingat, peletakan "titik" dan abris pada aksara Arab dikenal jauh setelah turunnya Al-Qur’an. Di sisi lain, bahasa Arab sering kali mengubah pengucapan satu kata asing yang diserapnya. Hal itu pun berlaku di sini. Penanaman tersebut, menurut Thahir Ibn Asyur, baru dikenal setelah kematian Nabi Sulaiman AS, diperkirakan sekitar 975 SM. Ada juga yang memahami kata tersebut berasal dari bahasa Arab, yang berarti "kembali" yakni bertaubat. Mereka dinamai demikian karena mereka bertaubat dari penyembahan anak mengamati bahwa Al-Qur’an tidak menggunakan kata yahud kecuali dalam konteks kecaman. Agaknya, itulah sebabnya, di sini baca ayat 62 tidak digunakan kata tersebut tetapi digunakan kata hadu. Thahir Ibn Asyur berpendapat lain. Menurutnya, kerajaan Bani Isra’il terbagi dua setelah kematian Nabi Sulaiman AS. Yang pertama adalah kerajaan putra Nabi Sulaiman bernama Rahbi’am dengan ibu kotanya Yerusalem. Kerajaan ini tidak diikuti kecuali oleh cucu Yahudza dan cucu Benyamin. Sedang kerajaan kedua dipimpin oleh Yurbi’am putra Banath, salah seorang anak buah Nabi Sulaiman yang gagah berani, dan diserahi beliau Nabi Sulaiman kekuasaan yang berpusat di Samirah. Ia digelar dengan raja Isra’il. Tetapi, masyarakatnya sangat bejat dan mengaburkan ajaran agama. Mereka menyembah berhala dan kekuasaan mereka diporakporandakan, bahkan mereka diperbudak, sehingga akhirnya kerajaan ini punah setelah 250 tahun. Sejak itu, tidak ada lagi kekuasaan dan kerajaan Bani Isra’il, kecuali kerajaan pertama di atas, dan ini bertahan sampai dihancurkan pada 120 SM oleh Adrian, salah seorang pengasa Imperium Romawi dan yang mengusir mereka sehingga terpencar ke mana-mana. Agaknya, tulis Ibnu Asyur lagi, mereka itulah yang dimaksud dengan hadu, dan karena itu ayat ini menggunakan kata tersebut, walau pada akhirnya kata ini mencakup semua yang beragama Yahudi. Kata an-nasahara sendiri terambil dari kata nashirah yaitu satu wilayah di Palestina, di mana Maryam, ibu Nabi Isa AS., dibesarkan. Dan, dari sana pula, dalam keadaan mengandung jabang bayi Isa AS., beliau pergi menuju ke Bait al-Maqdis. Tetapi sebelum tiba di tujuan, beliau sudah duluan melahirkan Isa AS., di Betlehem. Isa AS., kemudian digelari oleh Bani Isra’il dengan sebutan Yasu. Dari sinilah pengiut-pengikut beliau dinamai nashara yang merupakan bentuk jamak dari kata nashry atau nashiry. Kata ash-shabi’in ada yang berpendapat diambil dari kata shaba, yang berarti "muncul" dan "tampak", misalnya ketika melukiskan bintang yang muncul. Dari sinilah ada yang memahami istilah al-Qur’an tersebut sebagai atau dalam arti "penyembah bintang". Ada juga yang memahaminya diambil dari kata saba’, satu daerah di Yaman di mana pernah berkuasa Ratu Balqis dan penduduknya menyembah matahari dan bintang. Ada lagi yang berpendapat bahwa kata ini adalah kata lama dari Bahasa Arab yang digunakan oleh penduduk Mesopotamia di Irak. Persyaratan beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, seperti bunyi ayat di atas, bukan berarti hanya kedua rukun itu yang dituntut dari mereka. Tetapi keduanya adalah istilah yang biasa digunakan oleh al-Qur’an dan Sunnah untuk makna iman yang benar dan mencakup semua rukunnya. Memang akan sangat panjang bila semua objek keimanan disebut satu demi satu. Rasul SAW., dalam percakapan sehari-hari, sering hanya menyebut keimanan kepada Allah dan Hari Kemudian. Misalnya, sabda beliau “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hendaklah dia menghormati tamunya.” Di kali lain, beliau bersabda “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hendaklah mengucapkan kata-kata yang baik atau diam.....” Dan masih banyak yang serupa. Ada sementara orang yang perhatiannya tertuju kepada penciptaan toleransi antar-umat beragama yang berpendapat bahwa ayat ini dapat menjadi pijakan untuk menyatakan bahwa penganut agama-agama yang disebut oleh ayat ini, selama beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian, mereka semua akan memperoleh keselamatan dan tidak akan diiputi oleh rasa takut di akhirat kelak, tidak pula akan bersedih. Pendapat semacam ini nyaris menjadikan semua agama sama, padahal agama-agama itu pada hakikatnya berbeda-beda dalam akidah serta ibadat yang diajarkannya. Bagaimana mungkin Yahudi dan Nasrani dipersamakan, padahal keduanya saling mempersalahkan. Bagaimana mungkin yang ini dan itu dinyatakan tidak akan diliputi rasa takut atau sedih, sedang yang ini menurut itu dan atas nama Tuhan yang disembah adalah penghuni surga dan yang itu penghuni neraka? Yang ini tidak sedih dan takut, dan yang itu, bukan saja takut tetapi disiksa dengan aneka siksa. Bahwa surga dan neraka adalah hak prerogratif Allah memang harus diakui. Tetapi, hak tersebut tidak menjadikan semua penganut agama sama di hadapan-Nya. Bahwa hidup rukun dan damai antar-pemeluk agama adalah sesuatu yang mutlak dan merupakan tuntunan agama, tetapi cara untuk mencapai hal itu bukan dengan mengorbankan ajaran agama. Caranya adalah hidup damai dan menyerahkan kepada-Nya semata untuk memutuskan di Hari Kemudian kelak agama siapa yang direstui-Nya dan agama siapa pula yang keliru, kemudian menyerahkan pula kepada-Nya penentuan akhir, siapa yang dianugerahi kedamaian dan surga dan siapa pula yang akan takut dan bersedih. Firman-Nya falahum ajruhum ina Rabihimi untuk mereka pahala mereka di sisi Tuhan mereka diperhadapkan dengan firman-Nya pada ayat lalu menyangkut yang durhaka yakni wa ba'du bi ghadabi min Allah mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Umat yang ini mendapat murka dan umat yang itu mendapat rida yang tercermin antara lain dalam ganjaran. Karena itu, janji tersebut disertai dengan kata "di sisi Allah". Sedangkan firman-Nya wa laa khaufun’alaihim tidak ada kekhawatiran menimpa mereka diperhadapkan dengan firman-Nya wa dhuribat alaihim adz-dzillah dan ditimpakanlah atas mereka nista - nista karena ia menjadikan seseorang takut dan khawatir. Dalam hal umat ini takut dan yang itu tidak disentuh rasa takut. Sedang firman-Nya wa laa hum yahzanun tidak [pula] mereka bersedih hati, diperhadapkan dengan firman-Nya al-maskanah kehinaan, karena kehinaan hidup menjadikan seseorang mengharapkan sesuatu yang tidak dapat dicapai sehingga menyedihkan hati. Dengan demikian, umat yang ini sedih dan umat yang itu gembira. Demikian sekali lagi terlihat hubungan ayat ini dengan ayat al-Baqarah yang lalu dari sisi uraiannya yang bertolak belakang. Setelah penegasan yang memberi ketenangan terhadap semua pihak yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian secara benar sesuai dengan yang diajarkan oleh para nabi-Nya, kelompok ayat ini melanjutkan dengan mengingatkan orang-orang Yahudi tentang perjanjian mereka menyangkut kitab suci Taurat.=========* Naskah dinukil dari buku "Tafsir al-Misbah Jilid 1" yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati. Pembaca bisa mendapatkan karya-karya Prof. Quraish Shihab melalui website penerbit. - Pendidikan Reporter M. Quraish ShihabPenulis M. Quraish ShihabEditor Zen RS SabdaRasulullah tentang palestina ini akan terjadi! Sabda Rasulullah Saw ini akan terjadi di palestina, Palestina adalah tanah umat muslim, dan palestina ak Konten ini adalah kiriman dari pembaca Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini. Palestina قال رسول الله صلعم لا تزال طائفة من أمتي على الحق ظاهرين، لعدوهم قاهرين، لا يضرهم من خالفهم، إلا ما أصابهم من اللأواء، قالوا يا رسول الله وأين هم؟ قال ببيت المقدس وأكناف بيت المقدس رواه أحمد في مسنده – “Akan ada segolongan kecil dari Umatku, yang terang membela kebenaran, bertindak tegas terhadap musuh-musuhnya, Tidak akan menggoncang mereka siapa-siapa yang membencinya. Para Sahabat bertanya; Dimana mereka Wahai Rasulullah? Rasul menjawab; Di Baitul Maqdis, dan tepi-tepi baitul Maqdis” Palestina adalah sepotong besar aqidah kita. Mengumandangkan perjuangan membebaskannya, berarti menyuarakan kesejatian Aqidah, dan keutuhan Islam kita. Di sana negeri para Nabi, yang hadir hidup, berjuang, dan wafat di tanah yang aura keberkahannya begitu kuat. Jika Berjaya Palestina, berjayalah Kaum Muslimin. Jika terhinakan Palestina, maka terhinakanlah kaum muslimin, seperti yang kita lihat hari ini. Apa perhatian Nabi Muhammad ketika Palestina masih dibawah jajahan Romawi? Sesungguhnya dalam Sirah Nabawiyah, ketika disebut perang Tabuk, perang Mu’tah dan pasukan besar pimpinan Usamah bin Zaid, kesemuanya adalah kasatuan besar masterplan besar Nabi untuk membebaskan Baitul Maqdis. Dengan kata lain, perjuangan Nabi untuk memenangkan tanah suci Palestina begitu hebat dan maksimal. Bahkan sejatinya, pasukan terakhir di kehidupan Nabi yang dipimpin Usamah bin Zaid adalah pasukan besar berisi sahabat besar menuju tujuan besar; Al-Quds! Palestina! Hari ini, pejuang Palestina sedang dalam keadaan siaga. Perbekalan keimanan dan kekuatan militer sedang dikembangkan begitu besarnya. Setelah Pejuang Brigade Izzuddin Al-Qassam memenangkan Perang Furqon, Perang Asfim Ma’kul, lalu Perang Hijar min Sijjil, saat ini mereka sedang dalam persiapan maksimal menuju Wa’dul Akhirah’, atau bisa dibilang hentakan besar-besaran melawan penjajahan Zionis Israel terhadap Palestina. Sebenarnya seperti apa Palestina di benak manusia-manusia hebat ini? Dan bagaimana Rasulullah mendeskripsikan pentingnya tanah Syam yang di sana ada Palestina, Libanon, Suriah, Yordania dan sebagian Sinai dalam hadits-hadits shahih? Hingga para pejuang tidak kehabisan ide dan tenaga, bahkan menjadi pasukan hebat yang membuat Penjajah Zionis kewalahan? Beginilah sekelumit pemahaman dari pengetahuan Palestina yang begitu banyak. *** Syam Negeri Penuh Keberkahan “Berbahagialah Syam, berbahagialah Syam, berbahagialah Syam!”, kata Nabi memulai halaqah beliau. Sahabat bertanya, “Dengan apa yang Rasul Syam berbahagia?”, lalu dengan lugas Rasul menjawab, “Para Malaikat membentangkan sayap-sayapnya di Syam”. Al-Izz bin Abdussalam berkata “Maksdunya adalah bahwa Allah dan para Malaikat memberkahi juga merahmati tanah Syam” Tanah Syam, yang hari ini terdiri dari Palestina, Suriah, Libanon dan Yordania begitu penting bagi Nabi, juga menempati posisi khusus di hadapan Allah. Itulah mengapa keberkahannya nyata. Tumbuh-tumbuhan hidup, udara yang sejuk, lembah dan bukit-bukit subur yang indah, dan letak geografis yang sangat-sangat berharga bagi mereka yang ingin memenangkan pengaruh geopolitik. Hadist dari Abdullah bin Hawwalah, bahwasanya Rasul bersabda; “Di malam Isra’, aku melihat tiang berwarna putih seperti mutiara, dibawa oleh para Malaikat. Aku bertanya, Apa yang kalian bawa?”. Para Malaikat menjawab, “Tiang Islam, Kami diperintahkan untuk meletakkannya di Syam” Al-Izz bin Abdussalam menjelaskan, “Nabi mengabarkan bahwa tiang Islam, yaitu Iman, berada di Syam ketika zaman muncul banyak fitnah. Maknanya Ketika muncul banyak fitnah pada ummat ini, penduduk Syam tetap teguh memegang Iman mereka.” Syam Negeri Mahsyar Seluruh Manusia Dari hadits Bahz bin Hakim bin Muawiyah Al-Qusyairi dari Ayahnya dari Kakeknya, berkata; “Wahai Rasulullah, kemana engkau memerintahkanku untuk bermukim?” kemudian Rasul menjawab, “Kesana”, dan tangan beliau menunjuk ke arah Syam, “Sesungguhnya kalian akan digiring menuju kesana mahsyar dalam keadaan berjalan kaki dan berkendara serta berjalan diatas wajah kalian.” Kemudian ayat Quran surat Qaaf ayat 41, menjelaskan وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ “Dan dengarkanlah seruan pada hari penyeru malaikat menyeru dari tempat yang dekat.” Para Mufassir menafsirkan bahwa yang dimaksud “tempat yang dekat” adalah Sakhrah, yang berada di Masjid Al-Aqsha. Dengan kata lain, Malaikat Israfil akan memanggil manusia menuju mahsyar di atas As-Sakhrah Masjid Al-Aqsha, dan Syam itu sendiri menjadi Padang Mahsyar. Al-Ahwadhi berkata, “Tempat dikumpulkannya manusia berada di sebuah tanah suci di Syam, Allah mengumpulkan seluruh jiwa di sana, maka itulah padang Mahsyar.” Syam Negeri Kecintaan Para Nabi Dalam Kitab Mu’jam Al-Buldan, termaktub bahwa Ibnu Abbas pernah berkata, “Baitul Maqdis dibangun oleh para Nabi, dijadikan tempat bermukim para Nabi, dan tidaklah satupun jengkal di Baitul Maqdis melainkan telah menjadi tempat Shalat para Nabi dan tempat berdirinya para Malaikat.” Para Nabi bergerak dan berjalan menuju Tanah Palestina, ia adalah tanah yang berkah, Negeri para Nabi, Negeri tegaknya agama Islam, dan negeri saksi peradaban dari Nabi Adam hingga hari kiamat. Syam Negeri yang Didoakan Nabi Rasulullah bersabda, “Ya Allah berkahilah Syam kami, Ya Allah berkahilah Yaman kami, Ya Allah berkahilah Najd kami….”. Al-Izz bin Abdussalam menjelaskan, “Ketika Rasulullah mendoakan keberkahan Syam, lalu baru kemudian Yaman, menunjukkan bahwa keutamaan Syam atas Yaman.” Pohon di Syam Seperti Pohon Di Surga Dari hadits Utbah bin Abdissalmi berkata, seseorang badui datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, “Apakah di Surga ada buah?”. Lalu Rasulullah menjawab, “Betul, dan di dalamnya pula ada sebuah pohon Thuba kebahagiaan dan ia berada di Surga Firdaus.” Kemudian Si Badui bertanya lagi, “Di bumi ini adakah pohon yang menyerupainya?” Lalu Rasul menjawab, “di bumi ini tidak ada pohon seperti itu, namun apakah engkau pernah datang ke Syam?”. “Belum wahai Rasulullah”, jawab Si Badui. Maka Rasulullah berkata, “Sesungguhnya ada sebuah pohon yang mirip dengannya di Syam yang disebut Al-Jauzah, tumbuh dengan satu batang, lalu tumbuh di atasnya cabang-cabang yang banyak.” Muadzin Masjid Baitul Maqdis Didahulukan Masuk Surga Dari Jabir bahwasanya seorang lelaki datang menemui Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang akan pertama kali masuk ke Surga?”. “Para Nabi”, jawab Rasulullah. “Lalu siapa?”, “Para Syuhada”. “Lalu siapa?”, “Muadzin Masjid Al-Haram”. “Lalu siapa?”, “Muadzin Masjid Baitul Maqdis”. “lalu siapa?”,”Muadzin masjidku ini”. “Lalu siapa?”, “Seluruh muadzin masjid-masjid sesuai dengan kadar amalan mereka.” Dan hingga saat ini, ada sebuah sejarah besar yang mesti dibuka tabirnya. Bahwasanya Bilal bin Rabah tidak hanya mengadzani Masjid Nabawi dan Masjid Al-Haram. Ketika Umat Islam di bawah pimpinan Umar Bin Khattab membebaskan Masjid Al-Aqsha, maka Bilal bin Rab;ah menjadi Muadzin pertamanya setelah sekian lama beliau tidak mau adzan disbebabkan selalu menangis dan mengingat Nabi. Dan di hari pembebasan Tanah Al-Quds, Bilal bin Rabah adalah muadzin pertama masjid itu. Subhanallah! *** Siapa Pembebas Palestina? Dalam sebuah dialog yang diampu oleh Ustadz Azhari Suhaemi sebagai Bidang Edukasi KNRP Pusat, beliau menerangkan tentang sebuah fakta sejarah, bahwa pembebas Al-Aqsha dalam sejarah kaum Muslimin tidak pernah dilakukan oleh orang-orang di dalam Palestina. Umar bin Khattab, Khalifah pembebas Palestina, adalah bagian dari Bani Adi, orang Quraisy yang memimpin pasukan Muslimin bangsa arab membebaskan gerbang Palestina, dan beliau bukan orang Palestina. Nuruddin Zanki, inisiator pembebas Al-Quds pasca dijajah pasukan Salib, bukanlah orang Arab, melainkan keturunan Bangsa Turki, lalu mengadakan agenda jihad yang fenomenal sehingga memutus rantai kekuasaan Penjajah Salib di beberapa wilayah penting di Syam. Shalahuddin Al-Ayyubi, pembebas Al-Quds yang memenangkan Pertempuran Hattin 1187 Masehi bukanlah orang Palestina, bukan pula orang Arab. Beliau lahir di Benteng Tikrit di Iraq, keturunan Suku Kurdi. Meneruskan perjuangan Nuruddin Zanki, beliau berhasil membuka kembali gerbang Al-Quds setelah 88 tahun dibawah jajahan Pasukan Salib sejak 1099 M. Lalu, Siapakah Pembebas Palestina di masa depan nanti? Mari membahas hadits Nabi Muhammad SAW, “Kamu sekalian akan membunuh yahudi, kalian berada di timur sungai, dan mereka berada di barat sungai”. Dari hadist yang disampaikan Nabi Muhammad ini, ada sebuah fakta unik yang sangat menarik untuk ditelisik. Di mana barat sungai? Dan di mana timurnya? Seperti kita tahu, di Palestina kita mengenal sebuah wilayah besar Palestina yang disebut sebagai Dhuffah gharbiyah’ atau West Bank dalam bahasa Inggris, dan Tepi Barat’ dalam bahasa Indonesia. Wilayah itu adalah daerah yang berbatasan langsung dengan Yordania. Dan di sanalah Masjid Al-Aqsha berdiri. Yang menarik adalah penamaan tepi barat, daerah itu dinamakan Tepi barat’ karena ia berada di sebelah barat Sungai Yordan. Begitu nyata hadist yang disampaikan Rasulullah dan dikaji hari ini di dunia nyata. Lalu, dengan logika sederhana mari mengambil pemahaman dari maksud Nabi Muhammad, bahwa saat pembebasan Al-Aqsha, Zionis Israel akan bermarkas di Tepi Barat, lalu Kaum muslimin berada di timur sungai’. Memaknai timur sungai’ berarti tanah yang berada di timur sungai Yordania, jika meluaskan definisi itu, berarti segala negeri di timur Palestina adalah bisa jadi termasuknya. Seperti itulah yang dijelaskan dalam dialog edukasi itu. Jika, bangsa Arab telah membebaskannya, bangsa Turki telah membebaskannya, Bangsa Kurdi telah membebaskannya, maka saat era depan pembebasan Al-Aqsha bukan tidak mungkin adalah saat Asia memasuki eranya yang lebih perkasa, lalu negeri-negeri timurlah yang menjadi pelaku pembebasan Palestina. Karena masa kepemimpinan Allah pergilirkan, dan setiap peradaban telah mengecap keberhasilan pembebasan Palestina, maka bisa jadi kesempatan untuk membebaskan Palestina di masa depan muncul dari negeri Timur. Dan Indonesia menjadi bagian pembebasannya. Inilah sekelumit Nubuwat Nabi Muhammad tentang betapa pentingnya Palestina dan bahkan Al-Quran dan hadits nabi telah memberitakan letak-letak peristiwa penting yang akan terjadi di hari depan Palestina sebagai jantung Umat Islam sedunia. Maka tidak sangsi jika Syaikh Ahmad Ali Muqbil sebagai Ketua Dewan Ulama Palestina Yaman berkata, “Palestina adalah sepotong besar aqidah kita!” Redaktur Deasy Lyna Tsuraya Beri NilaiLoading... Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan WbkDn. 337 109 495 5 438 17 271 349 282

sabda nabi tentang palestina